Suatu Hari Pandemi Pergi
Pandemi, eksistensinya masih dapat kita rasakan sampai sekarang. Semenjak Covid-19 melanda seluruh dunia, keadaan dari lingkungan sekitar memaksa situasi menjadi suatu istilah yang dikenal dengan pandemi. Orang orang berbondong bondong memakai perlengkapan yang menunjang tubuh dari serangan virus corona, dari kepala sampai bawah dagu biasanya di balutkan alat kesehatan seperti facemask dan masker untuk mencegah dari menghirup udara yang mungkin terkontaminasi virus diluar rumah.
Pada akhir tahun 2019, virus Covid-19
pertama kali terdeteksi di daerah Wuhan, China. Dan pada juni 2021, sebanyak
178 juta kasus yang dikonfirmasi, dan 3,9 juta kematian terjadi. Teori-teori
yang datang dari penelitin dan riset oleh para ilmuwan mulai bermunculan
tentang bagaimana asal virus ini terjadi, ada yang mengemukakan bahwa virus
tersebut “melompat” ke manusia dari hewan yang terinfeksi, teori lainnya
diyakini bahwa virus berasal dari kebocoran dari fasilitas riset biologi utama
di Institut Virologi Wuhan (WIV). Ilmuwan yang cukup berani mengemukakan teori
yang mengatakan bahwa virus ini mungkin saja buatan manusia yang dimanfaatkan
untuk penggunaan senjata biologis.
Teori yang dikemukakan diatas
didukung oleh beberapa ilmuwan. Namun, ilmuwan yang berasal dari Austria,
Jepang, Spanyol, Kanada, AS, dan Australia mengungkapkan teori yang menyatakan
bahwa “kebocoran dari fasilitas laboratorium adalah kemungkinan yang tidak
boleh diabaikan,” tulis para ilmuwan tersebut pada bulan maret 2021 lalu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menerbangkan ilmuwan mereka ke China untuk menyelidiki asal-usul virus, namun
kesempatan yang terjadi ini bisa dikatakan sia-sia karena kabarnya mereka tidak
menarik kesimpulan apapun tentang penelitian bagaimana virus itu berasal, lebih
lanjut mereka menghasilkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
“Kita harus menganggap serius
hipotesis tentang penyebaran virus secara alami dan kebocoran laboratorium
sampai kita memiliki data yang cukup, dan penyelidikan yang tepat harus transparan,
objektif, berdasarkan data, serta “tunduk pada pengawasan independen””. pungkas
18 ilmuwan terkemuka yang menulis di surat majalah science pada bulan mei 2021
lalu.
Tentu, ada hitam dan juga putih,
warna yang dianalogikan sebagai pebedaan pendukungan pendapat pada opini ini
dimaksudkan kepada peneliti dan ilmuwan yang menyeldiki asal usul SARS-CoV-2
atau virus Covid-19. Professor David Robertson, seorang ahli virus dari
Universitas Glasgow, memiliki sebuah pandangan yaitu “bahkan jika institut di Wuhan
terlibat, kita masih perlu tahu darimana virus itu berasal, dari mana mereka
mendapatkannya. Tetapi virus yang mereka hadapi (sebelum pandemi) tidak cukup
dekat dengan dengan SARS-COV-2 untuk menyebutnya sebagai asal virus (yang
menyebabkan pandemi),” kata Prof Robertson.
Intinya professor menolak anggapan
“teori asal usul virus alami dan kebocoran laboratorium seolah-olah hal itu
setara”. Meskipun kedua skenario itu mungkin, penyebab alami lebih mungkin
terjadi, dan berdasarkan petunjuk ilmiah yang tersedia, sebagian besar ilmuwan
termasuk Prof Robertson saat ini lebih meyakini tentang penyebab alami.
Kutipan terakhir dari data penelitian
yang dilakukan oleh ilmuwan adalah, bahwa penyebab suatu penyakit dan asal
virus bisa diidentifikasi setelah waktu yang berjalan lama, misalnya, asal
kelelawar Sars tidak dikonfirmasi hingga 2017, setelah 15 tahun wabah itu
menewaskan 800 orang.
Saat ini, masyarakat indonesia sedang
mengalami dampak pandemi, disatu sisi para kaum pragmatis melakukan bisnis pada
bidang dengan opsi yang dapat mereka pilih dengan suka cita, jika kaum
masyarakat ekonomi menengah kebawah mengetahui kesuka citaan mereka, akan
merasakan kemirisan karena sedikit opsi yang dapat mereka lakukan untuk
menstabilkan keadaan ekonominya.
Andai pandemi pergi, orang-orang
mungkin diberikan opsi yang setara pada tahap kehidupan sosialnya untuk
mendapatkan kembali hak pekerjaan yang dulu dibebankan kepadanya. Pada hari ini
rata rata lapangan pekerjaan memutus kesiapan karyawan mereka demi menciptakan
sebuah “kenormalan baru” ditengah situasi penyebaran virus covid-19 ini.
Jadi
kapan pandemi bisa berakhir di suatu negeri? Itu tergantung penduduk dan
pengelolaan pemerintah di negeri tersebut. Terkadang ada suatu negara yang
otorarisasi pemerintahannya sudah bagus dalam pengelolaan suatu masalah, tetapi
masyarakatnya yang masih “nakal dan main main” dalam menghadapi masalah yang
serius seperti penyebaran virus ini. Dan juga, walaupun masa di dalam gedung
pemerintahan itu sedikit dibanding masyarakat negara, ada saja oknum pintar
yang mengelola pengelolaan masalah ini dengan strategi yang dapat menguntungkan
individu atau kelompok “Underground” nya. Pandemi akan berakhir hanya akan
menjadi andai andai saja jika kedua elemen negara tersebut tidak saling
berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik, dan suatu hari nanti, pandemi akan
pergi walaupun belum bisa terjelaskan dengan tepat kapan akan terjadi.
Komentar
Posting Komentar